15 April 2007

Ini tentang INDONESIA

Jember – banjir bandang dan tenggelam dalam lumpur,
Yahukimo – Papua kelaparan,
Poso - Palu dihantui tindakan terror,
Aceh bencana yang belum pulih,
Nias reruntuhan dan timbunan yang jadi rumah,
Jakarta penuh kriminal,
Petani terancam impor beras,
SBY krisis kepemimpinan,
BBM naik, PAM dan PLN menyusul,
Ini Indonesia….
Dimanakah anda?

Suka atau tidak, inilah Indonesia, tanah airku, tumpah darahku. Entah dari mana semangat cinta bangsa ini tiba tiba muncul, padahal agustus masih jauh. Tapi semangat ini semakin muncul saat saya berkunjung ke Sydney Australia.

Kunjungan saya memang tidak singkat, 6 minggu, meliputi cuti satu bulan tanpa gaji, ditambah libur lebaran plus satu minggu terlambat karena ketinggalan pesawat. Dari semangat turis, sampe berlumut dan jamuran karena ga pulang pulang, sementara saya harus segera kembali kerja. Tapi bukan itu yang ingin saya bicarakan disini.

Di Sydney saya bertemu dengan banyak sekali teman, sebagian besar orang Indonesia. Ada yang lahir di sana, ada yang sekolah di sana, ada yang kuliah di sana, kerja disana dan yang terakhir menikah di sana sehingga diboyong pasangan untuk menetap.

Tapi ada kecenderungan yang membuat hati saya sedikit mengiris. Anak anak yang lahir disana menolak untuk belajar bahasa Indonesia. Entah sulit, atau tidak trend, tapi kecenderungan itu muncul hingga saya mati matian ngajak mereka ngomong bahasa Indonesia biar ya setidaknya tidak lupa dengan bahasa ibu mereka. Untuk orang sebaya saya permasalahannya lain lagi, antara pindah warga Negara atau tidak. Umumnya mereka sudah menjadi PR (permanent resident) dan mempertimbangkan untuk menjadi warga Negara Australia.

Entah apa yang saya rasa, kehilangan, merasa dikhianati, ataupun mungkin iri, semua campur aduk. Saya tahu, mereka tidak mudah melepaskannya begitu saja, pasti ada pertimbangan matang, hitung untung rugi dan pemikiran lainnya. Ada juga mereka yang mau ga mau harus kembali ke tanah air. Teman semua mengantarkan pulang sambil bersedih, entah kehilangan atau berduka karena mereka harus berjuang di indonesia.

Saat di Sydney, tentu saja berita tentang Indonesia tidak dapat langsung didapatkan. Satu satunya media yang ada hanya berita TVRI satu hari satu kali. Mungkin itu sebabnya banyak orang yang tidak tahu, atau mungkin tidak peduli dengan keadaan di Indonesia. Beritanya kalah seru dengan berita simpang siur yang beredar, kebanyakan tentang kriminalitas atau rumit serta seramnya di Indonesia. Saya sendiri cuman bisa bilang. Hmm ga segitunya kali, saya aja masih bisa survive kok.

Ada perbedaan yang saya liat, kalo ngomongin Indonesia, kesannya berat banget, rumit, ga ada jalan keluar, hopeless. Tapi saya justru ngelihat sebaliknya, entah kenapa saya justru melihat harapan mulai timbul. Dari mulai kepemimpinan SBY yang saya akui banyak celanya, tapi tetep optimisme itu terus ada dalam diri saya.

Karena saya ga pulang pulang, semua orang menanyakan, kenapa sih saya ga pindah ke Sydney aja. Sudah ada kakak saya dan rumah pula, jadi tinggal pindah. Jujur saya sih juga sempet mikir seperti itu, lagian saya kepicut dengan saluran TV SBS yang banyak memberikan porsi berita investigasi tentang Indonesia. Tapi pikir pikir lagi deh.

Suatu hari saya bertemu seorang oma yang sudah lama pindah ke Sydney, entah gimana kami akhirnya terlibat dalam pembicaraan serius, beliau berusaha meyakinkan saya untuk memilih Sydney, sambil bercerita pengalaman dia hidup di Jakarta dan Sydney. Intinya, dibandingkan Jakarta, jauh amat sangat lebih enak tinggal di Sydney, terutama dalam segi keamanan. Tapi yang saya bisa bilang ke dia justru, saya ga bisa meninggalkan Indonesia. Dari semua peristiwa buruk yang terjadi di Indonesia bukannya membuat saya ngeri dan lari. Marah jelas, tapi ia malah mendorong saya untuk melakukan sesuatu lebih lagi. Kita harus melakukan sesuatu kan. Setelah bicara, saya langsung pengen pulang ke Indonesia. I don’t feel like home here. Ma kasih oma, tapi saya harus pulang, banyak pekerjaan rumah yang telah menanti.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home