15 April 2007

Anti Klimaks Idol

Saat menulis tulisan ini, (saya ralat trims to a friend) mungkin dua finalis Indonesia Idol 3 sedang berlaga menujukan kemampuan. Di siarkan langsung dari Istora Senayan, konser gemerlap tersebut menjadi sebuah anti klimaks dari ajang pencarian bakat televisi. Antara Iksan atau Dirly? Jujur saya tidak peduli dan tidak juga ingin tahu.

Sebuah anti klimaks, mungkin ini hanya ungkapan kekecewaan akibat tersingkirnya jagoan saya. Tidak bisa menerima kenyataan? Tapi saya yakin bukan hanya saya yang kecewa.
Saya ingat saat penyisihan 12 besar idol, sempat dipertanyakan dari kelompok manakah juara idol akan muncul, dari kelompok perempuan? Atau laki-laki? Dan dengan kompak juri melihat bahwa potensi yang dimiliki grup perempuan lebih unggul. Kekuatan Sisi, Christy, Gea, menjadi jagoan, dari laki laki, Nobo sang pegawai negri unggul dengan suara tenor tingginya. Sisanya? Hmm kalau Jay Dimas bilang “eS Te De” antara potensi dan penampilan. Seperti yang sudah sudah, “Delon Syndrom” kembali muncul, jika di musim sebelumnya Glen menjadi idola karena wajah gantengnya, kini giliran Dirly. (saya masih bertanya tanya, di mana gantengnya sih???)

Yah begitulah, prediksi boleh di berikan, tapi SMSlah yang menentukan. Terbukti, meski diunggulkan, peserta perempuan satu persatu berguguran. Buat saya Indonesia Idol sudah berakhir saat Nobo tersingkir di 4 besar, saat itu saya yakin Gea akan menang dengan mudah karena lawan tak sebanding. Namun prediksi meleset, Gea keluar di tiga besar, dan Indonesia Idol kali ini benar benar berantakan.

Tiga kali sudah Indonesia Idol bergulir, saya mulai mengira ada mekanisme khusus yang berlaku. Jelas suara indah dan kemampuan bernyanyi bukan modal utama yang harus dimiliki. Jika anda berniat mengikuti ajang Indonesia Idol tahun depan, ada baiknya anda menyimak butir butir di bawah ini.

Laki laki lebih berpeluang menjadi pemenang
Tiga kali pemenang Idol laki-laki (maaf Joy Tobing tidak termasuk!) saya kira ini bukan kebetulan, di idol kali ini pun finalis perempuan bersuara indah keluar lebih awal. Hipotesis saya, penonton Idol didominasi perempuan, yang tentu saja lebih memilih laki laki ketimbang perempuan. Idol 1 saya menjagokan Delon, Idol 2 Judika, dan Idol 3 Nobo (semuanya gagal =P). Keterlibatan emosi yang dimiliki penonton perempuan membuat mereka bukan hanya sekedar penonton, tapi juga bertindak dengan mengirim SMS untuk idolanya. Laki laki cenderung hanya menonton.

Suku dan daerah menentukan
Sahabat saya berkesempatan menonton langsung spektakuler show di Balai Sarbini. Saya pun penasaran, setahu saya dia tidak pernah up to date tentang Idol. Tapi kali ini dia harus berkorban demi menemani keponakan tercinta. Lalu siapa yang ia jagokan? Ini mudah, sebagai seorang batak, tentu saja ia memilih Iksan dari Medan. Meski hati nurani mendukung suara indah Christy, tetap saja ia tidak kuasa menerima kaos kuning bertulisan IKSAN dan berkumpul dengan fans medan lainnya.

Saya pun punya pengalaman pribadi. Tiba tiba keluarga besar saya heboh, fakta Delon sebagai orang Bangka menjadi perbincangan hangat. Bahkan sempat juga kami berusaha menyelidiki asal usul keluarganya di Bangka. Hanya karena satu suku, langsung berasa saudara. Tante saya yang jarang terlibat dalam idol tiba tiba menjadi juru kampanye hebat demi memenangkan Delon. Kapan lagi orang Bangka muncul, itu alasannya.

Kalau dipikir pikir, sepertinya faktor suku lebih dominan ketimbang kemampuan menyanyi. Dengan satu suku, penonton lebih dapat mengasosiasikan dirinya kepada idola, tak peduli layak atau tidaknya ia menjadi pemenang.

Mereka yang ditindas juri mampu menarik simpati penonton
Jika anda tak mampu penarik perhatian juri, jadilah kontestan yang paling di benci juri. Jadilah ektrim sehingga juri membenci anda, tapi bersikaplah tabah, lugu dan pasrah. Biasanya tipe seperti ini mampu menarik simpati penonton. Seperti ingin membalas juri, delon dan maria terus lolos meski dicaci maki oleh juri.

Dengan berakhirnya Indonesia Idol 3, muncul pertanyaan, apakah menjadi idol adalah segalanya? Kemana pula alumni Idol yang lain, apakah menjadi idol membuat mereka menjadi bintang yang sesungguhnya? Sejauh ini Delon menjadi kontestan tersukses dalam mendulang uang, itupun bukan dari penjualan album, tapi iklan. Karir alumni idol masih terbatas di lingkungan stasiun tv penyelengara event (MNC Group) dan launching produk maupun properti. Perjuangan memenangkan idol hanya berakhir dengan mengeluarkan 1 album keroyokan dan 1 album untuk pemenang. Janji pembuatan album untuk finalis lain hanya berupa isu tanpa kenyataan.

Album Mike kurang sukses di pasaran, mungkin ini menjadi pertimbangan hingga album Judika (pemenang kedua idol 2) terus tertahan, grup Voice of IP bentukan idol 1 (Suci, Mike, Suci, Adika) juga tak terdengar. Inikah wajah idola sesungguhnya yang ditawarkan idol?

Tulisan ga penting ini dibuat berdasarkan pengamatan pribadi saja, mungkin bisa dijadikan ide untuk penelitian yang lebih valid.

”masih ga tau siapa pemenang idol 3”
13 August 2006

0 Comments:

Post a Comment

<< Home