25 April 2007

Malaikat di bumi

Hari ini saya bertemu malaikat,
Sesosok laki laki tua dengan tubuh renta yang terus ia tutupi. Ia yakinkan saya ia kuat dan sanggup menghidupi anaknya. Baginya anak adalah hidup. Anak adalah kebanggaannya. Ia inginkan anaknya berhasil, meski harus pergi jauh dan meninggalkannya.

Padahal ia sendiri mengaku, semakin tua, semakin ia rindu berada dekat dengan anaknya. Ada kerinduan tersendiri saat kumpul dan makan bersama. Semakin lanjut semakin ia butuhkan anaknya. Tapi dengan senyum ia hantarkan anak pergi jauh, bukannya tak ada pilihan, tapi ia ingin anaknya bahagia, menghidupi kedamaian meski harus merenggut kedamaian dirinya.

Hari ini saya bertemu malaikat,
Berpakaian putih, tanpa sayap maupun lingkaran di kepalanya. Ia tak bisa terbang, namun dukungannya membuat saya terbang tinggi menggapai impian. Ia tak punya kuasa keajaiban, namun kata katanya mencelikkan mata saya dan memampukan saya membuat keputusan yang mendatangkan keajaiban dalam hidup.

Ia baik, sama seperti Tuannya, memberi kehendak bebas kepada manusia. Merasakan kesenangan saat saya berhasil mewujudkan impian meski impian itu kadang menyakitinya. Ini bukan tentang dirinya, tapi tentang saya. Ia hadir untuk memberi kebahagiaan. Bahagiakah dia? Atau ia bahagia karena saya bahagia?

Hari ini saya bertemu malaikat,
Ia hadir melalui senyuman dan kata kata. Rangkaian huruf memacu saya untuk maju. Yang menepuk diri saya dan ada untuk saya. Yang hadir dan seolah berkata “kamu masih sahabatku meski kamu gagal, aku masih menemanimu meski kamu pecundang.”

Saya kira saya sudah mati! Bukankah malaikat harusnya di surga? Namun malaikat ini hadir dan menciptakan surga di sekeliling saya.

“Oleh oleh dari Surabaya”

0 Comments:

Post a Comment

<< Home