25 April 2007

Saatnya Berpisah

Kalau sudah besar, kamu ingin punya rumah seperti apa?
“yang kecil, tapi halamannya luas!"
itu rumah impianku, yang setelah dikaji ulang, merupakan titipan dari kedua orang tua. Yup, lebih tepatnya itu rumah impian keluarga saya. Sebuah rumah kecil berhalaman luas.

Saat impian itu menjadi kenyataan, harusnya saya senang. Tapi nyatanya tidak, bukan rumah baru yang jadi masalah, tapi kepindahannya. Bagaimana saya yang terbiasa berada di rumah besar harus pindah ke tempat yang mungil? Yang juga jauh di pelosok dengan menyusuri jalan kampung? Mau ditaruh di mana buku buku saya? Semua koleksi sampah saya? Saya benci perpisahan.

Namun keputusan sudah di sepakati. Untuk pertama kalinya papa memangil semua anggota keluarga dan mengungkapkan semua permasalahan yang biasanya menjadi urusan orang tua. Ini rapat serius pertama di keluarga kami. Dan keputusannya tidak main main, karena menyangkut seluruh kehidupan masing masing anggota.

Saya pindah, setelah 12 tahun rumah ini menjadi perlindungan saya, sekarang saatnya berpisah. Kardus kardus mulai terisi dan diberi keterangan. Setiap hari ada yang hilang, yang berpindah tempat dan berubah. Rumah saya tak hayalnya seperti toko yang baru diserbu pembeli. Rak rak mulai kosong, bahkan beberapa sudah terangkut. Hanya debu cat tembok yang tersisa.

Kedoya raya no.4. Semua orang tahu itu, surat dengan alamat tak lengkap pun sampai dengan selamat. Pak pos sudah hafal, taxi blue bird dengan cepat tiba di rumah saya. Teman teman dari SD sampai SMU bahkan kuliah tahu dimana saya tinggal. Gampang tinggal ikuti jalur metro mini 92. Mau ke mana saja gampang, bus, angkot, taxi sampai bajaj seliwiran di depan rumah. Tapi tak lama lagi semuanya akan saya tinggalkan.

Rumah saya yang baru benar benar kecil dengan halaman yang luas. Rumah kebun, itu julukan yang saya berikan. Singkong, mangga, labu putih, kacang panjang, kailan, caisim, jambu air, cabai, semua bisa dengan gampang di dapatkan. Tinggal petik. Tempatnya sunyi, jalanannya sempit dan jarang ada angkutan umum. Saya belum tahu bagaimana saya akan beradaptasi dengan dunia baru saya.

“ven, tapi sepertinya buat kamu, rumah adalah dimana keluarga mu berada.”
Ya, mungkin teman saya benar. Saya lupa kalau perubahan ini bukan hanya milik saya. Tapi ada keluarga saya, mama, papa, nikki, iroh dan oneng yang juga mengalaminya. Saya tidak sendiri dan dimanapun keluarga saya berada, itulah rumah saya.


11.28 pm
"my sactuary"

0 Comments:

Post a Comment

<< Home