15 April 2007

Positivism

Duh dimana mana macet!!!
Tapi karenanya saya jadi semakin cerdik. Saya jadi jago bermain strategi, tahu jam berapa harus berangkat, menghindari jalan di jam tertentu, berkenalan dengan jalan tikus dan terakhir hafal dengan daerah dan jadwal 3 in 1. Menyebalkan? Tentunya. Pasti karena banyak aturan kan, lalu kita ga melihat pentingnya aturan itu dibuat. Makanya muncul istilah, di Indonesia, aturan dibuat untuk dilanggar.


Saya sih ngambil positifnya aja, efek dari ruwetnya lalu lintas Jakarta, saya jadi banyak teman. Bingung? Masalahnya saya paling ga inget jalan, wong bedain kanan kiri aja susah, apalagi hafalin jalan. Tapi saya berusaha, makanya ada teman teman setia yang selalu saya hubungi saat tersesat atau mau menempuh tempat asing. Mereka jadi terbiasa dan saya jadi semakin akrab.

Lalu bagaimana dengan waktu yang terbuang percuma di jalan, ga efektif sekali! Saya enjoy aja tuh, rumah di kedoya, kuliah di karawaci, skripsi di tebet, kantor di cikarang dan sekarang kota. Hmm jelas donk kalau saya gede di jalan. Separuh hidup saya habiskan di tengah kemacetan. Sia – sia? Itu masalah cara pandang saja. Karena sering di mobil, saya jadi akrab sama radio. Pagi hari ada om Gery dan dongeng tante letta di Female, sorenya Deny dan Irina di Cosmo sudah siap menunggu. Hari senin ada Jazz on my mind dan love songs di Cosmo, Rabu ada Slow Machine di Kiss, dan sabtu ada Rhytm of Love Mustang. Saya ga berasa sia sia tuh ketawa ketiwi sendiri di mobil. Apalagi nyanyi dan teriak. Dari pada sewa ruang karaoke atau nonton bioskop? Buang uang kan.

Sering di jalan juga saya habiskan untuk melihat kehidupan bangsa saya. Dari pengemis yang semakin beragam. Bayi menangis, anak kecil, ibu hamil, orang cacat, anak muda tampang kriminil dan sekarang ada trend baru, nenek nenek renta. Mereka menempel di jendela, dengan wajah memelas sambil mengacungkan tangan. Ada juga tukang Koran, pedagang asongan, pengamen, tukang rokok, sampe pelacur pinggir jalan. Saya kadang mikir, mereka juga punya kehidupan, punya perut yang juga harus diisi sama seperti saya. Punya impian, cita cita dan problema. Punya hati dan punya cinta.

“Ini Indonesia!” ujar saya tiba tiba. Ini potret realita bangsa kita. Penuh masalah dan sepertinya ga ada jalan keluar. Tapi bukan berarti ga ada kan. Saya sering dengar bagaimana orang protes, kritik, dan mulai membandingkan Indonesia dengan tempat lain. Kalau sebagai usaha memperbaiki keadaan sih tidak apa apa, tapi untuk sekedar ngomel ngomel ga jelas? Duh neng, hidup ini dah rumit, SBY dah pusing mikirin sejuta problema negara, ga usah lagi deh nambah beban hidupnya. Lagipula gerutu kita tidak merubah sesuatu kok. Lebih baik simpan tenaga untuk suatu hal yang berguna. Bersikap positif misalnya.

Saya bukannya pasrah dan tanpa perlawanan. Hanya bermain cerdik dan bertindak dengan tepat. Anehnya semakin banyak masalah di Indonesia, saya semakin cinta. Mungkin karena tahu ada kesempatan buat saya untuk melakukan perubahan. Lewat profesi saya sebagai jurnalis misalnya. Semakin sering bencana datang, semakin banyak air mata yang saya kucurkan. Semakin dalam pengabdian saya untuk Indonesia.

Saya tidak anti luar negri. Buktinya saya sedang mempersiapkan sekolah lagi di Amerika. Tapi saya berjanji untuk kembali. Pergi tuk kembali ke negara saya. Kayaknya ini panggilan ya, atau bisa juga pilihan?

Waktu di Aceh, saya sering kali di sangka antara orang Singapura atau Vietnam. Mungkin karena mata sipit dan sejuta bangsa ngumpul di Aceh, jadi mudah saja identitas saya ketukar - tukar. Tapi saya tetap yakin dan bilang saya orang Indonesia. Kenapa ya? Karena lebih bangga aja.
Saya tidak akan bilang Indonesia itu bersih dan orangnya ramah tamah, karena saya bukan dinas pariwisata. Tapi saya akan bilang kalau Indonesia itu tempat kelahiran saya, tempat dimana saya tinggal. Tempat dimana impian saya tertanam.


Saya tetap bangga ngaku orang Indonesia, meski Indonesia miskin, banyak korupsi, banyak terror, banyak ketidakadilan. Saya tetap suka meski ada kriminalitas, bencana, krisis moneter. Ini jiwa patriotik saya. Saya cinta indonesia karena Indonesia tetap menerima saya meski saya tidak sempurna. Indonesia tidak sempurna tapi kita bisa melakukan perubahan.

Selamat ulang tahun Indonesia,
Aku mencintai mu.
1:55am

0 Comments:

Post a Comment

<< Home