29 March 2010

Manusia Puntung Rokok

"Loe dah ketemu bapak - bapak yang suka ngumpulin puntung rokok?"

Akhirnya sore tadi giliran saya bertemu Bapak puntung rokok itu.

Perkiraan saya, usianya hampir paruh baya, 40 tahun - 50 tahun awal. Bapak tua itu selalu mondar - mandir mengelilingi kawasan Kepolisian Daerah Polda Metro Jaya yang sering disebut Komdak. Penampilannya juga cukup necis, mengenakan celana kain coklat tua, kemeja putih kusam lengan panjang, tergulung hingga siku. Entah siapa namanya, sebut saja dia Bapak.

Tangan kirinya menenteng kantong kresek hitam yang entah apa isinya. Sekilas isinya cukup banyak dan berat, seperti buntelan pakaian. Setiap hari, Bapak ini jalan berkeliling, mengais dari satu tempat sampah ke tempat sampah lain, mencari puntung rokok yang tersisa. 'Hari gini apa masih ada harganya puntung rokok itu?' Tapi dugaan saya salah, Bapak itu tidak bermaksud menjual kembali barang temuannya. Puntung rokok ia cari bagai harta terpendam. Setelah ketemu, ia nyalakan dan dihisapnya lagi. Nikmat nikotin mengalir dari sisa - sisa terbuang. 'Nyes' hati saya langsung berdesir menyaksi kejadian itu.

Begitu terkejutnya saya hingga lupa mengabadikan momen itu. Menurut rekan yang lebih dulu liputan di Polda, Bapak puntung rokok memang sudah lama berkeliaran mencari rokok di sini. Bukan peminta - minta, bukan pemulung, bukan juga preman, hanya sekedar berlalu mencari puntung rokok yang belum habis dihisap.

Saya tak suka rokok dan selalu menghindari perokok. Tapi kali waktu saya bertemu Bapak ini, akan saya serahkan sebungkus rokok baru yang masih tersegel rapi. Biar Bapak tak perlu mengais tempat sampah.

:)

Rokok memang tidak pernah lepas dari tangan
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Posted via email from vennie's posterous