26 April 2007

Malam ini...

Malam ini aku melihat bulan di angkasa. Kamu tahu apa yang menarik dari bulan? Ia rendah hati, ia tak pernah merasa dirinya penting untuk bumi. Bulan juga jarang dicari keberadaannya, kecuali mungkin menjelang tanggal 15, bulan purnama, saat bulan dalam keadaan prima. Bagi bulan ini ga penting. Ia selalu merasa dirinya alat. Sebuah objek yang kebetulan menerima pantulan sinar matahari dan berada dekat dengan bumi.

Bulan tak pernah terbit dan tenggelam, ia hanya ada kemudian hilang di tengah gemerlapnya sinar matahari. Hadirnya tidak dengan riuh genderang suara menggelora, ia hanya datang dan tersenyum untuk bumi. Tapi yang menakjubkan kamu bisa dengan puas menatapnya. Tak akan ada radiasi ultraviolet yang akan merusak matamu. Kamu selalu bisa menatapnya dan menikmati kesyaduhan yang ditawarkan.

Bulan yang diam juga menyimpan sejuta misteri yang tak mudah ditebak. Saat kecil aku diceritakan bahwa penampangan bulan menggambarkan kelinci yang menghuni tempat itu. Di lain kesempatan aku diperlihatkan pantulan bayangan seorang dewi sedang menari di sana. Sampai sekarang aku tak tahu apa yang mau disampaikan bulan lewat sisi wajah yang terlihat dari bumi.

Bulan selalu merasa sendiri, mungkin karena situasi yang gelap, sunyi dan tenang. Tapi sesungguhnya bulan tak mau sendiri. Ia mau ditemani, itu mengapa ada bintang – bintang. Bulan tak pernah merasa dirinya tersaingi oleh bintang. Semua punya perannya masing masing.

Malam ini aku melihat bulan di angkasa dan aku bersyukur, bulan yang sama menyinari separuh bumi. Bukan hanya aku, tapi separuh manusia di bumi menikmat bulan. Berharap, membawa doa dan mengucapkan selamat malam.

Somewhere out there, beneath the pale moonlight
Someone thinking of me and loving me tonight
Somewhere out there, someone saying a prayer
That we will find one another, in this big somewhere out there
12:36 AM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home